KERAGUAN TERHADAP AGAMA (STUDI FENOMENOLOGIS REMAJA MUALLAF)
KERAGUAN
TERHADAP AGAMA
(STUDI
FENOMENOLOGIS REMAJA MUALLAF)
Berdasarkan penelitian
yang dilakukan oleh peneliti, bertujuan untuk mengetahui mengapa keraguan
terhadap agama dapat muncul pada remaja, serta dampak yang terjadi pada saat remaja
mulai ragu dengan agama sebelum konvensi agama. Penelitian tersebut menggunakan
pendekatan kualitatif, teknik pengumpulan data yang digunakan adalah proses wawancara
mendalam (in-depth interview) dan
observasi, subjek penelitiannya yaitu remaja 20 tahun hingga 22 tahun dan telah
menjadi muallaf dan bertahan hingga lebih
dari satu tahun, dan lokasi penelitiannya dilakukan di kota Makassar.
Keraguan dalam beragama
menjadi fenomena yang sering kali jumpai saat ini, masa remaja yang sering kali
ditandai dengan mulainya mereka meragukan konsep dan keyakinan akan agama di
masa kanak-kanak, rasa ingin tahu remaja membawa mereka untuk menemukan solusi
dengan cara mempelajari kepercayaan yang dianut oleh agama lain. Banyak remaja
yang mulai merasa ragu dengan kepercayaan yang dianut sebelumnya, dan
memutuskan untuk melakukan konvensi agama ke islam, yang biasa disebut sebagai muallaf. Remaja tidak mempertimbangkan apa yang akan
terjadi setelah mengambil keputusan untuk berpindah agama. Kedamaian yang
dirasakan saat mengetahui kebenaran ajaran islam membuat seseorang memutuskan
untuk menjadi seorang muallaf. Remaja
seringkali tidak mempermasalahkan konsekuensi yang akan diterima dari kedua
orang tuanya setelah memutuskan untuk berpindah agama.
Keraguan dalam beragama
tidak terlepas dari perkembangan dan kesadaran beragama, yang melibatkan
seluruh fungsi jiwa raga manusia yang mencakup aspek-aspek afektif, konatif,
kognitif, dan motorik. Fungsi afektif dan kognitif terlibat di dalam pengalaman
ke-Tuhanan, rasa keagamaan, dan kerinduan kepada Tuhan. Aspek motorik tampak
dalam perbuatan dan gerakan tingkah laku keagamaan.
Keinginan subjek untuk
memeluk agama islam berawal dari keraguannya terhadap ajaran agama yang ia
peroleh semenjak kanak-kanak. Hasil dari pemikirannya sendiri yang diperoleh
subjek selama proses mencari tahu tentang islam membuat subjek menemukan hal
berbeda dengan ajaran agamanya. Upaya subjek dalam membandingkan agamanya
dengan agama islam akhirnya menemukan banyak keganjilan, sehingga memunculkan
keraguan atas ajaran agamanya.
Tahap perkembangan
keberagamaan remaja yang dimulai dari tahap percaya ikut-ikutan, percaya dengan
kesadaran, hingga masing-masing subjek menemukan keraguan terhadap ajaran
agamanya. Ketiga subjek yang mulai memasuki tahap perkembangan kognitif, serta memiliki
kesadaran sosial mulai meragukan konsep agama yang mereka peroleh sejak kecil.
Keraguan yang terjadi
pada remaja disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu: munculnya
pertanyaan-pertanyaan seputar ajaran agama yang tidak dapat dijawab oleh subjek
dan tokoh agama, kekecewaan atas sikap tokoh agama dalam beribadah, isi Alkitab
yang dicurigai adalah buatan manusia, realitas yang ditunjukkan orang-orang
saat beribadah bertolak belakang dengan isi Alkitab, serta pemikiran kritis
yang membuat subjek ragu terhadap konsep Tuhan dalam agamanya.
Keraguan yang terjadi pada
subjek dimaknai sebagai pencetus yang mengakibatkan kekecewaan dalam dirinya,
rasa percaya terhadap agama sudah hilang dan intensitas ibadah berkurang. Subjek
yang mengalami masa krisis tersebut tidak mampu menyelesaikan masalah yang
terjadi, sehingga memutuskan untuk mencari agama lain yang dianggapnya lebih rasional.
Dan memutuskan untuk menjadi muallaf menjadi
pilihan subjek ketika mendapati bahwa kebenaran yang dijanjikan islam
betul-betul nyata serta agama islam merupakan agama pembawa kebahagiaan.
(Rangkuman
skripsi: Rahmi Zainuddin. (2012). KERAGUAN TERHADAP AGAMA (Studi
Fenomenologis pada Remaja Muallaf). Makassar: Universitas Negeri Makassar ).
Salam,
Muh. Ilham
1871040018
Kelas D
Comments
Post a Comment